Syahwat Politik Perusak Netralitas Media!

Media, apapun bentuknya, harus berposisi netral alias tidak memihak. Sesuai namanya yang berasal dari Bahasa Latin, Medio yang berarti 'dipertengahan'. Di negara demokrasi seperti Indonesia ini, media harus menjadi corong informasi yang memaparkan realita apa adanya, karena media adalah alat bagi rakyat untuk memantau apa yang terjadi 'diatas' dan lewat medialah peran rakyat sebagai pemegang kendali kontrol pemerintahan bisa berjalan.

Mengingat urgensi ini, maka pelaku media sewajarnya adalah orang- orang yang berada di luar lingkaran pemerintahan (eksekutif, legislatif dan yudikatif), tujuannya murni untuk menjaga netralitas media itu sendiri dari campur tangan kepentingan banyak pihak. Bila ternyata di negeri ini penguasa media dan pemain di panggung politik adalah manusia atau kelompok yang sama. Maka, wajar bila kecemasan muncul. Lokus (tempat) sebuah media terancam bergeser menjadi perpanjangan aksi politik sang pemain. Media hanya menjadi alat kekuasaan.

Bila sudah begitu, rakyat bs kehilangan kiblat informasi sehingga dengan mudah menjadi objek kaum elitis. Di titik ini kemajuan bangsa akan jadi taruhan dari permainan para elit yang mengendarai media. Institusi pers tempat media bernaung tidak bisa cuma membiarkan. Karena pembiaran oleh insan pers adalah sama dengan pengkhianatan atas fokus pers itu sendiri. Demi masa depan bangsa, media harus ditaruh kembali ditempatnya semula. Di pertengahan dan tidak berpihak.

Syahwat untuk berkuasa dari politisi penguasa media adalah ancaman bagi hakikat media dalam perannya bagi nasyarakat, sehingga agenda reposisi peran media tersebut harus cepat dilaksanakan sejalan dengan pameo yang berbunyi: 'Pers bermutu. Bangsa maju!'

Comments

Popular posts from this blog

Sajak Pajak

Ayah: Dunia Seorang Lelaki

Touring Palembang- Baturaja