Pelangi, Matahari dan Saya



Padang hijau dibalik gunung yang tinggi
Berhiaskan pelangi setelah hujan pergi
Kuterdampar ditempat seindah ini
Seperti hati sedang, sedang jatuh cinta


Lagu BIP yang judulnya Pelangi dan Matahari ini memberikan keterwakilan tersendiri atas hal-hal yang saya jalani semenjak 2 tahun belakangan, semua diawali dari keputusan untuk sementara meninggalkan bangku sumber penghidupan di sebuah gedung bertingkat di bilangan Gatot Soebroto, Jakarta Selatan, yang membuat saya terbiasa dengan suguhan pemandangan kemacetan ibu kota dan gerombolan manusia yang tampak kecil berjalan gesit beradu cepat dengan putaran roda zaman. Keputusan itu adalah keputusan yang membuat saya seperti mampu melihat padang hijau dibalik gunung yang tinggi. Sampai akhirnya terdampar dikeindahan dunia akademisi, indah sampai hati saya seperti sedang jatuh cinta. Dunia yang menjadi tempat saya menempa diri menerapkan paradigma hidup saya yang baru, Life is something big, even bigger. Tidak sia-sia saya menempelkan peta dunia didinding kamar kos saya, agar saya selalu sadar bahwa betapa kecilnya saya dan titik keberadaan saya kini.

Kubahagia merasakannya
Andaikan aku bisa disini selamanya
Tuk menikmatinya


Pelangi memang kerap datang setelah hujan berhenti, maka seperti itu juga pilihan hidup telah memampukan saya 'melihat' pelangi diatas langit kehidupan saya kini. Tapi saya tetap sadar bahwa pelangi juga akan pergi dan hujan juga akan turun lagi karena memang begitu jalan perputarannya. Selalu ada perubahan. Perubahan akan meninggalkan masa lalu dan memberi tantangan masa depan. Ada masa lalu yang membuat saya malu bila saya kenang, ibaratnya jika hidup adalah seperti potongan slide film, maka ada beberapa slide yang ingin saya hapus saja. Tapi tidak bisa, yang bisa saya lakukan adalah memaafkan. Bagaimanapun jiwa muda yang berusaha untuk menjadi kuat ini tidak bisa disalahkan. Tidak mungkin ada kekuatan jika tidak pernah diketahui apa itu kelemahan. Tidak perlu malu mengakui kelemahan atau mengakui bahwa diri ini pernah menjadi lemah karena bahkan seorang yang kuat pun pernah menjalani masa-masa rapuh.

Sungai mengalir sebebas aku berpikir
Hembusan angin dingin membawa aku berlari
Mensyukuri segala yang telah kau beri
Hati yang rapuh ini KAU kuatkan lagi


Hidup saya bebas, that is all i ever wanted, bebas menjadi diri saya sendiri, berpikir dan menjalankan prinsip yang saya yakini tanpa merasa terganggu dengan mereka yang berseberangan pandangannya. Seperti sungai yang mengalir, seperti itu juga saya menjalankan hidup saya, untuk dan karena diri saya pribadi sambil sebisanya mencoba memberi manfaat untuk orang sekitar saya. Sama seperti aliran sungai yang mengikis tepiannya dan sekaligus menyuburkan tumbuhan disekitar alirannya. Menjadi mahasiswa dikampus birokrat bukan berarti menjalani hari-hari dengan penuh kekangan dan keterbatasan ruang gerak. Kebebasan tetap ada saat saya mencoba sensasi baru sambil berlari untuk melintasi lonjakan, tantangan, hingga tikungan yang mempertemukan saya dengan pribadi-pribadi baru yang mewarnai lembaran hari-hari saya sebagai seorang mahasiswa. Ditengah temaram cahaya bulan disuatu malam dibumi kampus birokrat ini, saya berdiri menengadahkan kepala ke langit. Bersyukur.

Selamanya disini
Selamanya disini
Selamanya disini
Selamanya disini


Tiba-tiba saya merasa masa kini terasa begitu nikmatnya dan saya seolah enggan melangkah ke masa depan, namun saya harus selalu ingat bahwa seindah apapun masa kini, ia akan menjadi masa lalu, dan jika saya diam maka saya akan menjadi bagian dari masa lalu, maka itu berarti sama dengan mati sebelum mati. Sehingga disetiap malam menjelang pergantian hari maka disitulah masa kini menjadi masa lalu dan mati disaat yang sama. The past ended last night. Ditahun terakhir masa saya di kampus ini, saya menemukan diri saya sendiri telah ditempa menjadi paham bahwa ada pelajaran disetiap hari yang telah lalu, ada hidup yang baru di setiap hari yang baru, dan ada harapan di hari mendatang yang telah sedang menunggu.


Comments

Popular posts from this blog

Sajak Pajak

Ayah: Dunia Seorang Lelaki

Touring Palembang- Baturaja