SABUMI, We Call It Us.


Pada masanya dulu, ada 101 orang yang memiliki pilihan yang sama, kemudian secara perlahan menjadi semakin berkurang menjadi 64, menyusut lagi menjadi 54 hingga akhirnya tercapai satu komitmen berakhir dengan jumlah 44 yang menyatakan siap meneruskan pilihan...

Pilihan yang di nyatakan dalam suatu sore tepatnya pada 6 Desember 2010, dengan taman CD Kampus STAN Jurangmangu menjadi saksi bisu yang mendengar gema lantang pengikraran komitmen yang diucapkan. 44 orang itu tadi dengan penuh semangat menjalani hari-hari penuh tempaan yang menjadikan mereka makin kian akrab satu sama lain. Dan dari situ banyak pula bermunculan cerita yang akan menjadi kenangan, walau dalam perjalanan di hari-hari yang mereka tempuh ada yang berbelok arah, bukan karena kehilangan kompas namun karena merasa ada jalan lain yang dapat ditempuh untuk akhirnya saling berjumpa kembali dibawah langit yang sama diatas bumi yang satu.

Pengantar diatas merupakan satu titik dalam kehidupan ku yang bisa aku kenang. Ada banyak kenangan di kepala ini, namun yang membekas dan menyisakan hal yang tidak bisa diukur dengan rupiah sekalipun, salah satunya adalah kenangan tersebut. Karena hal tersebutlah yang membuat masa-masa dikampus ku ini menjadi lebih terasa. Bukan hanya kuliah, kuliah dan kuliah, tapi juga ada momen-momen untuk mengenal dan melihat setiap sudut kampus ini lebih dalam dari sudut pandang seorang yang baru sadar untuk selalu berusaha menjadi lebih kuat dari hari kemarin. Lagi pula ini semua sedikit banyak telah membuat aku merasa menjadi mahasiswa pada umumnya, bukan mahasiswa kantoran yang selama ini menjadi identitas yang melekat padaku. Disebut mahasiswa kantoran karena aku adalah pegawai yang disekolahkan lagi, jadi kadang banyak yang seperti ku ini sudah merasa malas atau enggan mengikuti kegiataan kemahasiswaan, entah karena sudah merasa tidak pantas atau merasa sudah tidak membutuhkan.

Menjadi bagian dari kenangan itu mengantarkanku menjumpai banyak karakter yang dari mereka aku telah belajar. Mereka secara umur lebih muda dariku, namun aku tidak pernah merasa malu untuk mengakui bahwa aku dipahamkan tentang banyak hal yang mereka lebih baik dariku. Aku melihat soal ketenangan yang mampu meredakan emosi lalu membalikkan suasana menjadi lebih terarah, soal kerendahan hati dari mereka yang aku tahu memiliki kesempatan untuk menjadi jumawa, atau mengenai dukungan penuh yang mampu mengubah seorang gadis biasa menjadi gadis yang selalu 'on fire'. Semuanya melebur menjadi satu dalam beragam bentuk dukungan dan semangat satu sama lain yang tertuju tanpa ada paksaan atau niat untuk menyamakan cara pandang, karena memang perbedaan begitu dihargai disini.

Dalam bayangan kenangan itu aku melihat bagaimana tawa, canda dan kebersamaan telah menghapus bentangan perbedaan usia, budaya dan agama, dan akhirnya semuanya sama, tidak ada yang merasa lebih tua, lebih hebat atau lebih unggul dari yang lain. 'Aku hanya butuh tempat untuk menjadi diriku sendiri' begitu kira-kira yang selalu aku inginkan, dan tidak banyak tempat yang menjadikan aku seperti itu, dan bersama kalian, aku bisa menjadi diriku sendiri, tanpa harus berperan menjadi seorang alim, seorang pintar atau seorang yang gaul. aku memerankan diriku sendiri, dengan caraku, tanpa dibuat-buat dan semuanya natural membaur bersama kalian. Bagusnya kalian telah membuat aku merasa diterima. I owe you all more than thanks.

Hidup kita masih sangat panjang, walau kita memang tidak pernah tahu kapan malaikat maut menjemput, setitik kenangan yang aku jalani bersama kalian membuat aku menyadari banyak hal, dan yang penting bagiku adalah kalian telah mengingatkan aku agar berusaha membangkitkan motivasi dan semangat setiap kita dalam ikatan persaudaraan dan membiarkan semangat itu tumbuh didalam diri kita untuk kemudian membuat setiap kita sadar untuk memilih jalan dan mengambil sikap tanpa melupakan persaudaaan itu, karena bukanlah persamaan dalam satu bendera dan afiliasi yang membuat orang-orang itu bersaudara, namun lebih jauh dari itu semua adalah apa yang telah kita perbuat bagi orang-orang yang kita sebut saudara. Kita begitu berbeda dalam semua, kecuali dalam cinta, begitu Soe Hok Gie pernah menulis dalam catatan hariannya.

Pernah ada dan akan tetap terus ada SABUMI di dalam ingatan kita, lalu untuk 28 perwakilan SABUMI yang telah menjejak ke Gunung Kencana, ada rasa bangga, haru dan bahagia yang tidak bisa aku ucapkan melihat perjuangan kalian, kalian hebat dan kuat.

SEMANGAT SATU BUMI... SABUMI!!!

Comments

  1. trimakasih untuk segalanya capt..
    dan trimakasih kepada Allah SWT yg telah mempertemukanku dengan orang-orang seperti kalian..
    kapan nih SABUMI jadi ngumpul2 lagi?? minggu malam gmn?

    *Ijin pajang tulisan ini di blog ane ya capt..?
    baru belajar ngeblog nih, baru sadar betapa menariknya cuplikan2 kehidupan ini untuk diabadikan.. ^^

    ReplyDelete
  2. @Teplox:whattttttttt???????? kagett ada Teplox komen.. hahaa.. silahkan silahkannn.. selamat ya Plox blog baruu, keren lagi namanya LampuTeplox hahaha..

    insyaALLAH minggu malam aja ya kumpul2nya.. dimana tapi enaknya??? bikin event di fb aja kayaknya..

    Ebaz-SBM/033/2010

    ReplyDelete

Post a Comment

Jangan ragu untuk komentar.. :) Dan untuk menjaga komentar spam, mohon isi dulu kode verifikasi nya.. Trims.

Popular posts from this blog

Sajak Pajak

Ayah: Dunia Seorang Lelaki

Touring Palembang- Baturaja