Geliat Caleg Muda

Ini masanya yang muda yang berkarya, jargon ini kerap muncul di media. Untuk semua bidang, tak terkecuali bidang politik. Sehingga belakangan sering kita lihat calon legislatif dengan usia relatif muda menghiasi baliho dan spanduk kampanye. Pentas politik negeri ini pun memberi tempat yang cukup untuk menampung geliat itu. Dilihat dari persyaratan untuk maju sebagai Caleg, usia minimal 21 tahun. Partai Politik pun tak luput menjembatani pemuda dengan membentuk organisasi kepemudaan khas mereka masing- masing.

Kehadiran para pemuda yang mulai beringsut mencari panggung ini patut diapresiasi. Ini menunjukkan kondisi bahwa masih ada semangat dan harapan negeri ini menjadi lebih baik ditangan para pemuda yang bersedia mengambil peran dan tanggung jawab. Namun disisi lain, pemuda tetaplah pemuda. Kita para pemuda adalah jiwa dengan idealisme yang tinggi tetapi belum perpengalaman banyak dalam mengambil keputusan. Sehingga ada bagian kosong yang bila dibiarkan justru hanya akan membentuk pemuda menjadi replikasi golongan tua yang mungkin sudah banyak mengecewakan.

Bagian kosong itu adalah gagasan yang butuh pengawasan dan dukungan. Di bidang politik, setiap hari adalah pergolakan ide dan pemikiran untuk bagaimana memegang amanah menjadi bukti nyata untuk rakyat. Mereka hanya butuh hidup sejahtera. Caleg muda yang unjuk diri ke panggung demokrasi tentu dapat menciptakan itu apabila mereka maju dengan membawa diri yang sadar akan gagasan, pemikiran dan program. Saat mereka maju, mereka harus paham bahwa mereka bukan semata ornamen struktural Partai Politik yang mencalonkan mereka.

Bagian kosong didalam diri pemuda yang telah terisi dengan gagasan, pemikiran dan program itu adalah titik awal kebangkitan harapan yang dinanti rakyat. Mereka, para caleg muda yang demikianlah yang bisa diharapkan dapat membawa perubahan dan benar- benar menyuarakan rakyat. Untuk itu, mereka perlu didukung, diawasi dan dikritisi agar selalu ada didalam garis program kerja mereka. Sebab, panggung politik tanpa pengawasan akan berujung dengan perang kepentingan pihak tertentu.

Disisi lain, banyak pula caleg muda yang berani unjuk diri bukan semata didorong keberanian dan keyakinan akan program dan gagasan. Mereka lebih yakin untuk maju karena kedekatan atau masih ada keturunan dengan pihak penguasa, atau karena kecukupan harta yang menopang mereka. Mereka yang demikian ini, lambat laun hanya akan menjadi benalu bangsa yang menjadi tunas dalam tahap regenerasi praktik tunaintegritas yang kini kian marak.

Fakta bahwa setiap orang punya hak politik perlu dihargai, namun rakyat, melalui Partai Politik, perlu mengawasi dan menyaring ketat proses seleksi sebelum memutuskan para pemuda yang maju mencalonkan diri. Agar dihasilkan para pemuda yang mampu mewakili dengan membawa ideologi bukan semata- mata demi kepentingan politik yang selama ini sarat transaksi. Dan hari ini, mari kita lihat sudah sejauh mana Partai Politik melakukan hal itu.

Demi Indonesia. Selamat Memilih.

Gambar diambil dari sini

Erikson Wijaya
09 April 2014 09:56
Kepulauan Bangka Belitung

Comments

Popular posts from this blog

Cerita Psikotes Erikson

Paradoksal Jakarta

Nonton Film King