Demikian Sikap Saya
Angan ini tak pernah saya kira terlalu tinggi, sekadar angan- angan sederhana khas manusia muda. Tetapi pahit betul mendapatinya tak juga menjadi nyata. Siapa sangka bahwa semuanya tidak pernah semudah sebagaimana lisan bertutur. Ini adalah saat- saat dalam hidup, dimana saya menelan bulat- bulat diri saya sendiri dihadapan kuasa Ilahi. Inilah momen dimana saya mulai bertanya berapa lama lagi saya harus begini? Terbebani oleh doa- doa dan harapan saya sendiri. Tidak mungkin saya hidup tanpa harapan, tak mungkin saya berani berharap tanpa berdoa. Tapi keruh juga jiwa ini melihat sebagian orang mendapatkan apa yang saya inginkan tanpa mereka berusaha dan berdoa, bahkan tanpa menyembah sang maha kuasa. Saya seperti berada diujung pengharapan. Ingin sekali melupakan semua doa dan harapan yang sudah terpatri sangat dalam. Sebab itulah yang orang sebut dengan Pasrah. Tapi saya tidak melihat hubungan antara melupakan dengan kepasrahan. Untuk apa berharap dan berdoa bila hanya akan dilupakan?...