Catatan Cerita Ciremai
Dua tahun lalu, kereta yang saya tumpangi melintasi kawasan Cirebon dalam perjalanan menuju Malang, dari kaca jendela kereta saya melihatnya menjulang gagah memakukan diri disebelah Barat, lantang dan terang beralaskan sawah padi milik penduduk dan sebagian puncaknya hilang tertutup langit senja kemerahan. Ciremai 3078 mdpl. Ciremai memang sebetulnya sudah sejak lama ingin saya daki, tapi mengingat cerita yang saya dapat dari berbagai sumber mengenai medannya yang berat (khususnya dari Linggarjati) saya berkali-kali menundanya. Namun tawaran dari seorang kawan membuat saya mencoba memberanikan diri, terutama dengan pertimbangan karena saya sudah berhasil melawan batas 'zona nyaman' saya dengan menuju Salak yang medannya berat. Akhirnya saya bersama dua orang kawan yaitu Mohek dan Arga, dari Kampus Bintaro saya menuju Kampung Rambutan yang jadi lokasi kumpul. Ciremai memang sebetulnya sudah sejak lama ingin saya daki, tapi mengingat cerita yang saya dapat dari berbagai sumbe...