Posts

Showing posts from January, 2013

BBM Dan Politik Yang Menyandera

Image
Anggaran Pendapatan Belanja Negara Republik Indonesia makin kedodoran dengan besarnya porsi subsidi energi yang tetap dipertahankan. Apapun motif untuk melanjutkan kebijakan ini, ekses utama sangat terasa pada kebebasan ruang gerak fiskal untuk tujuan pembangunan. Tuntutan pembangunan infrastruktur untuk menopang pembangunan tersandera oleh alokasi tak seimbang yang tertuju dominan untuk subsidi energi sebesar Rp 274,743 Triliun dengan porsi untuk BBM mencapai Rp 193,800 Triliun. Dengan kuota subsidi demikian, sampai titik ini kita masih akan menikmati harga BBM tanpa kenaikan. Namun begitu, pertanyaan yang mengemuka kemudian adalah Akan Sampai Kapan? Jawaban dari pertanyaan diatas ada pada peringatan yang disampaikan oleh dua ahli ternama yaitu Michael Klare dalam bukunya The New Geopolitics of Energy dan Daniel Yergin dalam The Quest. Kedua nya memperingatkan bahwa era minyak murah di dunia sudah berakhir (disadur dari Kompas Edisi 25 Januari 2013 Kolom Opini), termasuk di Ind

Menuju Fase Baru (1)

Image
Bagaimana mungkin semua tiba- tiba menjadi lebih dekat?! Hitungan hari berganti bulan menjadi tahun. Perjalanan ini sudah terlalu lama melaju bersama harapan yang kami emban.  Sampai kemudian ketika di persimpangan, pilihan harus ditentukan. Hari itu, 8 Desember 2012 kesepakatan tentang kami dikukuhkan lebih kokoh lewat kesepakatan dua keluarga, menapak fase baru. Catatan ini aku buat untuk menjurnal cerita nyata kisah kami berdua yang sudah saling kenal sejak jaman SMA hingga sekarang saat kami tengah mempersiapkan rencana pernikahan kami beberapa bulan lagi. 2001- 2004: Masa SMA Kami bersekolah di satu SMA yang sama. SMA Negeri 1 Ogan Komering Ulu (OKU), Di kelas 1 hingga kelas 2, kami belum terlalu kenal. Bertegur sapa pun tak pernah seingatku. saat itu mungkin kami cuma pelajar SMA dengan segala tingginya cita- cita, maklum sajalah.  Ia sendiri setahuku terlalu pendiam dan tidak menarik minatku untuk cari tahu. Cuma memang dulu dia sejak kelas 1 beberapa kali disebut kalau pembag

Pajak, Kontroversi Daming dan Sensitivitas Kemanusiaan

Image
Rekomendasi pemberhentian dari Komisi Yudisial tertuju kepada Ketua Pengadilan Tinggi Palembang Daming Sunusi lantaran ucapannya tentang pemerkosaan dinilai masuk kategori pelanggaran etik yang pantas diganjar sanksi berat. Bagaimana tidak, dengan enteng seorang Daming berpendapat ihwal hukuman mati bagi pelaku pemerkosaan sebaiknya dipikirkan ulang karena baik pelaku maupun korban sama- sama menikmati. Dari sini, kontoversi bergulir. Dimata saya Daming bagai tuna nurani saja. Kendali akal budinya entah kemana. Mari berkaca dari kontrovesi Daming. Benang merah kemanusiaan seorang pribadi yang semula kusut menjadi terurai lewat lisan. Ya. Lisan adalah cermin isi hati dan pikiran. Lewat lisan lah ungkapan Homo Homini Lupus dapat menjadi kebenaran. Sebuah premis sederhana yang patut dipegang siapapun yang mengaku sebagai mahluk sosial. Terkait Pajak, dalam kehidupan sehari- hari, acap kali kita dihadapkan pada masyarakat awam yang mendiskreditkan institusi Direktorat Jendeal Pajak (DJ

Butuh Bukan Rindu

Image
Terlalu dini menanti pagi Tapi rindu tak kenal waktu Bisa jadi ini bukan rindu Tapi butuh Ya, aku butuh kau Tiap detik denganmu adalah kekal Mengendap dalam tak terusik Kian lama menebal menjadi rindu Dan sekali lagi, mungkin ini bukan rindu Tapi butuh Ya, aku butuh kau Tak ada yang lepas tentangmu bagiku Tebal alis matamu Mancung mungil hidungmu Perhatian dan tulusmu Disampingmu, hanya bila disampingmu Aku menjadi jiwa yang lain Jiwa yang berjalan berarah Mantap melangkah Bersamamu, kan kuat kuhadapi hari depan Meski hidup tak selalu lapang Cinta kita yang kan kuatkan Dan jelas sudah Aku butuh kau Karena mungkin untuk ini kita diciptakan Malam masih gelap merajai Rinduku dan rindumu terbang Mengukuhkan harapan Mengekalkan kebersamaan

Sketsa Memori

Image
Lewat, ia berlalu dgn cepat. Peristiwa ribuan hari kemarin muncul bak kilatan figura begitu saja. Tapi tetaplah mereka ada dan telah menjadi bagian dari sejarah. Tak dapat ditampik. Ini hari bukan lagi soal siapa dan bagaimana dulu itu, soalnya hidup akan terus melaju kedepan tanpa mau menunggu. Larut di masa lalu sama sekali tidak membuat dunia kan berempati padamu tidak juga pada siapapun. Akui saja bahwa hidup ini soal memberikan satu hal terbaik untuk jiwa yang terbaik. Songsong saja masa depan dengan harapan, dan hari ini tinggal di jalani dengan syukur tiada tepi. Mudahnya lisan bertutur!! Kebodohan kemarin adalah keberuntungan yang berpangkal dari serapah, karena setelahnya ada hikmah yang mengendap sebagai nilai kearifan dalam bersikap. Tak semua orang bertakdir mendapatkan dan memahaminya. Wajar bila kusebut keberuntungan. Harganya mahal, bisa jadi tak mampu kita bayar. Kegagalan bisa jadi awal kebangkitan. Semua soal waktu dan ikhtiar serta doa. Jangan sampai emosi yang dit

Pajak Sebagai Penangkal Teori Kutukan Sumber Daya Alam

Image
Potret buram komoditas sumber daya alam Realisasi penerimaan target tahun 2012 meradang di kisaran angka 96%. Menteri Keuangan mengatakan bahwa ini dipicu oleh menurunnya pembayaran pajak dari 900 wajib pajak besar yang bergerak di Sektor Dominan dari Perkebunan yakni semisal Kelapa Sawit dan Karet juga dari Pertambangan yaitu Batu Bara dan Timah. Pertanyaanya. Mengapa kelesuan setoran pajak mereka berlaku secara kolektif dan berdampak massif? Menurunnya setoran pajak sejumlah wajib pajak yang dikemukakan pada paragrap diatas terlihat dari indikasi lesunya produksi agregat sektor tersebut yang tercermin dari defisit perdagangan, dimana nilai impor masih lebih tinggi. Laporan dari Badan Pusat Statistik (BPS) yang dilansir tanggal 02 Januari 2013 menunjukkan bahwa total ekspor sepanjang Januari- November 2012 turun 6,25% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Dan dari jumlah total ekspor tersebut porsi sebesar 65,2% berasal dari komoditas Sumber Daya Alam. Ketika harg

Indonesia Dalam Jebakan Negara Menengah (?)

Image
Dalam angka PDB, Indonesia adalah Brazil, Afrika Selatan dan Korea Selatan di antara tahun 1975- 1980. Dengan kisaran PDB di posisi USD 3600, Indonesia diprediksi akan masuk kelompok negara dengan skala ekonomi yang besar. Ekspektasi ini bukan tanpa sebab, tren peningkatan PDB sejak tahun 1975 telah menunjukkan peningkatan Indonesia dari negara berpendapatan rendah menjadi kelompok berpendapatan menengah. Ketersediaan sumber daya alam serta berlimpahnya tenaga kerja usia produktif (surplus demografi) adalah alasan laju pertumbuhan tersebut mendapatkan sokongan. Setidaknya sokongan yang memampukan Indonesia masuk ke jajaran negara berpendapatan menengah. Euforia berlanjut dengan proyeksi optimistis. Indonesia akan tumbuh menjadi negara maju (?). Jika diperhatikan hingga kondisi terkini. Kemajuan Indonesia bertumpu pada sektor- sektor yang mengandalkan produksi bahan baku sebagai komoditas utama. Artinya perekonomian kita masih berbasis bahan baku yang jumlahnya terbatas karena dipasok