Posts

Showing posts from October, 2012

Beyond Blogging

Image
Saya kurang terlalu peduli dengan status blogger yang biasa disematkan pada orang yang rajin menulis di blog. Bisa jadi itu saya. Namun hingga kini, gelar itu masih terasa berat untuk disandang. Sebabnya adalah setiap kali saya menulis di blog pribadi saya ini, saya nyaris tidak pernah untuk meniatkannya untuk memberi pencerahan, menawarkan sudut pandang apalagi menghujat atau menghakimi, ini karena saya sadar kapasitas saya masih banyak perlu ditambah. Sebutan sebagai blogger itu lebih cocok ditujukan kepada tokoh kenamaan dengan jam terbang tinggi dibidang masing- masing sehingga tiap artikel yang mereka buat selalu bernas dan mencerahkan. Saya sendiri menganggap blogging sebagai terapi, saya merasa seperti tengah berdialog, berdebat dengan diri saya sendiri ketika menuliskan kalimat demi kalimat didalam blog saya. Dunia yang saya gilai sejak saya sadar bahwa dalam hidup saya tidak selalu mampu bertemu dengan kawan yang bisa selalu diajak dialog. Kalaupun bisa, tidak bisa untuk s

Menikmati Kopi

Image
Saya lumayan suka minum kopi (ngopi), saya yakin bukan karena waktu kecil saya suka curi sesap kopi ayah di meja dapur. Tapi lebih karena memang rasanya yang beda, tidak sempurna dan tidak biasa, seperti ada pahit pekat yang bertabrakan hebat dengan manisnya gula lalu menghasilkan sensasi tanggung yang menagih sesap demi sesap. Kenikmatan dalam ketidaksempurnaan.Berikutnya juga karena aroma khas nya yang tegas, seperti berkarakter. Aduk kopi disebuah cangkir kecil didalam ruangan berukuran 4x2,5m! saya cukup yakin semua mahluk bernyawa didalam ruangan itu akan bereaksi secara reflek menyadari aroma kopi mengudara lalu mungkin akan berkata lirih berbisik 'hmm.. wangi kopi nih!'. Begitulah, dari aromanya saja beda dan memikat. Saya tidak paham persis bagaimana para pecinta kopi menikmati sensasi minuman ini. tapi sepertinya mulai dari para petani bertopi caping di sebuah saung lahan sawah hingga para eksekutif kota metropolitan di sebuah gerai "food and beverage"

Menerima Kehidupan

Image
Sesak kalau ingat semua laku bodoh yang sempat saya buat di hari kemarin, kemarinya lagi atau kemarin- kemarinya lagi. Sesak sekali, seperti berada di ruang pengap yang gerah dan ingin segera lari. Kemana tapi? Bila saya lari antar dua kutub bumi pun tetap akan terasa gerah, ya sudah! Mungkin saatnya duduk diam menikmati genit debur ombak atau cumbuan angin gunung. Semua orang mungkin punya saat- saat seperti ini. Duduk diam, sendiri atau ditengah keramaian tanpa berbuat apa, cuma duduk saja, sekilas seperti menikmati hidup. Tapi, mata memandang ke depan, menantang langit sambil menatap tajam membangun semangat hidup. Adakah semua laku bodoh itu tadi terjadi begitu saja tanpa maksud, tapi murni kesalahan hidup? Bila iya, malang nian saya sempat salah langkah bahkan berkawan dengan pribadi- pribadi yang tak bisa kasih arah. Mungkin memang skenario hidup saya begini? Skenario yang disusun dengan apik sarat polemik dan liku intrik oleh sang pemilik kehidupan. Hingga kini, apa mung

Pajak, Dependensi Negeri dan Luapan Emosi

Image
Bukan sebuah curhatan, bukan pula keluhan. Mungkin anggap saja sebuah gurauan. Gurauan kecil tentang hal yang keberadaanya bagai nyawa tp disaat yang sama ia jadi sasaran beraroma caci maki dan sedikit hina dina. What a paradox! Dunia memang sudah dipenuhi fakta paradoksal yang dapat mendemotivasi siapapun. Sebagai pribadi mari perkuat motivasi dari dalam. None helps!! Kembali ke soal gurauan tadi. Tahukah anda dengan pajak? Kata ini mungkin sudah sejak lama memiliki image tak lepas dari uang, materi dan kesejahteraan. Sejak dulu.. tapi mungkin dulu semua membatu karena negeri kita belum melewati momen untuk mengusung transparansi dan akuntabilitas. Akhirnya, semua dugaan atau sangkaan mengendap menunggu terungkap. Dan like business as usual, pajak tetap menjalankan fungsi mencari uang dengan membiarkan endapan potensi yang bisa hilang. Tapi era bisu itu sudah berlalu... Kita sudah mengambil momentum reformasi sebagai lokomotif menuju perbaikan. Tak boleh lagi ada kebisuan, sem

Menggugat Jaringan Kepentingan

Image
Jaringan atau networking, dalam konteks hubungan sosial sudah bukan barang baru, ia sudah lama ada sebagai cerita dari masa ke masa. Patah tumbuh dan hilang berganti, begitulah. Dibentuk dan dibina sekelompok manusia dengan kesamaan latar belakang dan tujuan, jaringan kepentingan ini di satu titik telah dapat menggeser persamaan hak berdasarkan kemanusiaan menjadi persamaan hak menurut ego demi hegemoni dan eksistensi suatu entitas. Rantai jaringan kepentingan secara institusional bisa memutus nilai profesionalisme dan menyuburkan bibit nepotisme. Ketika rezim orde baru berkuasa, sangat jelas terlihat bagaimana penetrasi militer menyentuh sendi kehidupan saat itu bahkan hingga ke tingkat akar rumput. Lalu lambat laun rezim ini dinisbahkan sebagai rezim otoritarianisme yang akhirnya tumbang oleh people power 1998. Dari aspek kehidupan sipil kita dipertontonkan pada pola pengambilan kebijakan oleh petinggi sebuah lembaga yang mendasari pada kesamaan almamater, asal daerah, atau hub