Menikmati Kopi


Saya lumayan suka minum kopi (ngopi), saya yakin bukan karena waktu kecil saya suka curi sesap kopi ayah di meja dapur. Tapi lebih karena memang rasanya yang beda, tidak sempurna dan tidak biasa, seperti ada pahit pekat yang bertabrakan hebat dengan manisnya gula lalu menghasilkan sensasi tanggung yang menagih sesap demi sesap. Kenikmatan dalam ketidaksempurnaan.Berikutnya juga karena aroma khas nya yang tegas, seperti berkarakter. Aduk kopi disebuah cangkir kecil didalam ruangan berukuran 4x2,5m! saya cukup yakin semua mahluk bernyawa didalam ruangan itu akan bereaksi secara reflek menyadari aroma kopi mengudara lalu mungkin akan berkata lirih berbisik 'hmm.. wangi kopi nih!'. Begitulah, dari aromanya saja beda dan memikat.

Saya tidak paham persis bagaimana para pecinta kopi menikmati sensasi minuman ini. tapi sepertinya mulai dari para petani bertopi caping di sebuah saung lahan sawah hingga para eksekutif kota metropolitan di sebuah gerai "food and beverage" berlogo gurita wanita (atau wanita gurita?), saya kira sama saja! Mereka menikmatinya dengan disesapi sedikit demi sedikit.. Keduanya nikmat walau berbeda tempat. Tapi apa betul memang nikmat? Diperlukan renungan kritis kelihatannya.

Kopi memang nikmat, tapi hanya bagi pribadi yang paham bagaimana menikmatinya. Menikmati kopi itu buat saya sama seperti menikmati hidup. Bebas lepas dan apa adanya. Itu mengapa para petani sederhana nun jauh di pelosok sana tetap bisa menikmati kopi hasil tanaman sendiri walau gempuran iklan seputar kopi di TV makin bombastis dengan embel- embel impor atau nama hewan ini hewan itu. Sementara bagi yang belum paham betul bagaimana menikmati kopi, mungkin semua masih seputar dimana, merek apa dan dengan gelas apa kopi itu diminum. Lain levelnya bisa jadi lain rasanya bagi mereka. Para orang tua kita dahulu sudah terbiasa minum kopi di gelas plastik biasa dan tampak sekali itu tidak mengurangi sensasi nikmat kopi bagi mereka. Masih jelas dalam bayangan saya saat nenek dulu menyesapi kopi dari gelas ransum waktu rehat sejenak dari menebas rumput liar di kebun. Ini bukan berarti saya menolak perubahan gaya minum kopi yang dibawa arus zaman, tapi sebagai pengingat saja bagi saya agar tetap ingat cara menikmati kopi.

Pahit pekat biji kopi yang bertabrakan dengan manis gula ditambah dengan aroma tegas yang kuat tetap akan ada sebagai sebuah ciri khas, tidak soal dimanapun kopi dinikmati. Entah di rumah, di kantor, di pinggir jalan, di 'food court' atau di gerai yang kini marak menjamur di mall- mall, semua kembali lagi ke tujuan awalnya, untuk benar- benar dinikmati atau semata- mata demi gengsi. Karena mungkin tanpa sadar buat sebagian kita, minum kopi itu seperti teman pribadi yang menemani kala kita tengah bermonolog dengan diri sendiri apalagi disaat jiwa saya sedang seperti ini, meronta- ronta minta naik gunung lagi.

Comments

  1. saya juga suka banget sama kopi..tapi saat ini berhenti dulu karena maag. hiks :(

    ReplyDelete
  2. @Isti: Ada yg g bikin maag, itu ada iklannya kl g slh. Tp y nmnya kopi mmg ada unsur acid nya, walau mungkin kdr nya aja yg sdikit.

    ReplyDelete
  3. keslomot kopi aja enak boi, apalagi minumnya :P tanya GWN apa itu keslomot

    ReplyDelete
  4. @Jizu: hahaha.. Nanti ditanyakan ke GWN, ada2 saja. Trims.

    ReplyDelete

Post a Comment

Jangan ragu untuk komentar.. :) Dan untuk menjaga komentar spam, mohon isi dulu kode verifikasi nya.. Trims.

Popular posts from this blog

Cerita Psikotes Erikson

Paradoksal Jakarta

Nonton Film King